Oleh Mila Nurhida
Dahulu kala di sebuah telik di pantai Cilacap, hiduplah seekor Raja Penyu. Ia memerintahkan rakyatnya dengan penuh bijaksana. Rakyat Penyu pun hidup damai, rukun dan saling tolong menolong. Jika salah satu penyu mendapatkan makanan, maka akan ia bagikan kepada teman-temannya.
Pada suatu hari, ketentraman rakyat penyu terganggu oleh kedatangan salah seorang nelayan. Nelayan itu menjaring ikan di teluk tempat para penyu itu tinggal.
Pada suatu hari, nelayan berhasil menjaring beberapa ekor penyu. Betapa paniknya semua penyu yang berada di dalam jaring. Mereka sekuat tenaga berusaha untuk melepaslan diri dari jeratan jaring. Tapi usaha mereka gagal. Mereka pun menjerit-jerit ketakutan.
Di dalam jaring itu, ada Raja Penyu yang ikut tertangkap. Raja yang bijaksana itu segera menenangkan rakyatnya. Raja Penyu terkenal pandai dan banyak akal. Ia lalu berkata,
“Wahai rakyatku, kalian bersamaku. Maka tenanglah! Sekarang kita aman di dalam jaring yang dipasang oleh si Nelayan. Dia, kan, sudah pulang!”. Penyu-penyu yang tertangkap itu tetap gelisah.
“Tapi Raja.. besok, kan, si Nelayan akan dating lagi. Dia pasti akan membawa kita untuk dijual. Lalu.. kita akan dibunuh. Cangkang kita akan dijadikan perabotan kulit penyu,” ucap seekor penyu sambil menangis.
Raja Penyu tetap tenang.
“Tenanglah! Jika besok si Nelayan dating, kita haris berpura-pura mati. Kalau ia mengira kita sudah mati, ia tak akan membawa kita untuk dijual. Si Nelayan pasti akan membuang kita ke teluk ini lagi,” kata Raja Penyu.
Para penyu saling pandang kebingungan.
“Bagaimana caranya berpura-pura mati, Raja?” Tanya mereka
“Jika kita diangkat ke darat, jangan ada yang bernafas. Apa lagi bergerak! Andai si Nelayan terlalu lama tidak membuang kita, maka tunggulah aba-aba dariku untuk bersama-sama lari,” perintah Raja Penyu.
Keesokan harinya, si Nelayan dating memeriksa jaringnya. Betapa senangnya ia melihat hasil tangkapannya begitu banyak. Akan tetapi, ketika tiba di darat, si nelayan sangat kecewa. Ia melihat penyu hasil tangkapannya itu mati semua.
“Kenapa penyu-penyu ini bisa mati semua? Aku tak bisa menjulnya untuk hiasan kulit penyu,” keluh si nelayan sambil melangkah lesu.
Nelayan itu lalu duduk di pasir pantai dengan bingung. Tanpa sengaja, ia menduduki punggung raja penyu. Karena kaget, Raja Penyu pun tak sengaja berteriak keras. “Aduh!!”
Seketika rakyat penyu lari dari pasir menuju ke air laut. Mereka mengira itu adalah aba-aba dari Raja Penyu untuk lari.
Sang nelayan tidak bisa berbuat apa-apa. Ia tak sempat menangkap penyu-penyu yang sudah berlarian ke laut. Yang kini ia miliki hanyalah si Raja Penyu yang sedang didudukinya. Dengan sedikit kecewa, si nelayan membawa satu-satunya penyu itu ke pasar. Raj Penyu memiliki warna cangkang yang sangta indah. Gaya berenangnya pun sangat bagus di dalam akuarium sang nelayan. Seorang saudagar kaya akhirnya membeli Raja Penyu dar si nelayan.
Saudagar itu memasukkan Raja Penyu ke dalam akuarium indahnya di rumahnya. Setiap hari ia memberi makan makanan yang enak-enak untuk Raja Penyu. Akan tetapi Raja Penyu merasa tidak bahagia, karena ia tak punya teman. Ia juga merasa rindu pada rakyatnya.
Pada suatu pagi, Raja Penyu pura-pura mati. Ia mengambang di permukaan akuarium. Saudagar kaya itu sangat terkejut melihat penyu kesayangannya mengambang dan tak bergerak. Walau sedih, ia segera memanggil pembantunya.
‘’Cepat buang penyu ini ke laut ! supaya akuariumku ini tak bau !’’ perintaknya.
Pembantu itu segera membawa Raja Penyu ke pantai. Sekuat tenaga ia melempar Raja Penyu ke air laut. Betapa leganya Raja Penyu setelah tubuhnya menyentuh air laut. Ia segera berenang ke teluk, menjumpai rakyatnya.
Rakyat penyu sangan gembira melihat Raja Penyu mereka pulang. Berhari-hari mereka mengedakan pesta menyambut raja mereka yang cerdik itu.
Minggu, 20 Desember 2009
KISAH RAJA PENYU
KISAH RAJA PENYU
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar