Jumat, 08 Januari 2010

KISAH DUA SCARECROW

Oleh Mila Nurhida


Bulir-bulir padi mulai menguning. Untuk mengusir burung-burung yang suka memakan bulir padi, Pak Tani membuat dua manusia rumput di sawahnya. Kedua manusia rumput itu bernama Jeram dan Rami.

Sepanjang hari Jeram dan Rami hanya berdiri di sawah untuk menakut-nakuti burung. Dengan berlalunya waktu, Jeram mulai bosan dan mengeluh.

“Rami, aku tidak mau selamanya berdiri di sini. Aku ingin mencari teman dan melihat dunia yang indah ini. Tapi untuk itu aku perlu pakaian. Dari mana, ya, aku bisa mendapatkannya?” kata jeram suatu hari.

“Jangan sedih, Jeram. Kamu pasti bisa memiliki pakaian,” hibur Rami.
Malamnya, jeram telah tertidur. Rami masih berjaga-jaga.


“Rami yang baik, anak saya sedang tumbuh gigi. Dia perlu sesuatu untuk di gigit-gigit. Bolehkah saya meminta beberapa batang jeramimu?“ tanya Mama Tikus.
“Silahkan ambil saja, Mama Tikus,“ kata Rami ramah.

Mama Tikus pun mengambil beberapa batang jerami dari tubuh Rami. Ia kemudian memberikan sebuah topi merah untuk Rami.

‘’Topi ini aku dapatkan dari rumah kucing. Terimalah, Rami,’’ kata Mama Tikus.
Rami menerima topi merah itu dan memakainya di kepala. Tak lama kemudian Papa Burung Layang-layang hinggap di bahu Rami.

‘’Rami yang baik, tiga anakku baru saja menetas. Sarangku jadi sempit. Berikanlah sedikit jerami, supaya aku bisa memperluas sarang kami,’’ pinta Papa Burung Layang-layang.

‘’Silahkan ambil saja, Papa Burung Layang-layang,’’ kata Rumi ramah.
Papa Burung Layang-layang mengambil sejumlah jerami yang diperlukannya. Ia lalu memberikan beberapa bulu panjang burung layang-layang.

‘’Bulu-bulu ini adalah warisan dari kakekku. Ambillah untukmu,’’ kata Papa Burung Layang-layang.

Tidak lama kemudian datanglah Tikus Hitam. ‘’Rami yang baik, rumah saya kebanjiran. Tolong berikan beberapa jeramimu, supaya aku bisa membersihkan lantai rumahku,’’ kata Rumi.

Tikus Hitam lalu pulang membawa beberapa batang jerami. Ia kemudian memberikan sebatang tongkat pada Rumi.

‘’Tongkat ini saya dapat dari rumah Pak Tani. Terimalah, Rami,’’ kata Tikus Hitam.
Hari mulai pagi. Ayam Betina dan anak-anak berjalan lewat di tempat Rami. ‘’Rami yang baik, di kepalamu masih ada beberapa butir padi. Izinkanlah anak-anakku untuk memakannya.’’

‘’Silahkan makan saja, Mama Ayam,’’ kata Rumi.

Setelah anak-anak ayam selesai makan, Mama Ayam memberikan sehelai kain pada Rumi.
“Kain ini aku dapatkan dari Bu Tani. Terimalah Rami,’’ kata Mama Ayam.

Matahari telah terbit. Jeram bangun dari tidurnya. Dia sangat terkejut melihat barang-barang yang ada di tubuh Rumi.

‘’Dari mana kau dapatkan semua itu ?’‘ tanya Jeram. “Dan kenapa tubuhmu jadi begitu kurus?“ Rami menceritakan semua yang terjadi semalam.

‘’ Sungguh beruntung engkau, Rami,“ kata Jeram.

“Tapi, semua barang ini akan aku berikan semuanya padamu. Kain ini bisa dijadikan baju. Topi ini bisa menutupi kepalamu. Dan bulu burung layang-layang ini bisa menghiasi topimu.“ Sambil berkata, Rami memakaikan barang itu pada tubuh Jeram.
“Nah, sekarang kau sudah bisa pergi untuk mencari teman.“

“Tapi, aku belum bisa pergi,“ kata Jeram sedih.

“Memangnya kenapa Jeram?“

“Pak Tani hanya memberikan aku satu kaki. Aku tak bisa berjalan,“ kata Jeram.
“Kalau begitu, pakailah kakiku. Aku bisa berdiri dengan tongkat pemberian Tikus Hitam.“

Sekarang jeram sudah memiliki baju, topi, dan kedua kaki. Perlengkapannya sudah cukup untuk pergi mencari teman. Tapi samapi siang hari dia masih berdiri di situ.
“Kenapa kau belum pergi juga, Jeram?“ tanya Rami.

“Aku tidak jadi pergi, Rami,“ jawab Jeram. “Aku telah memiliki teman sebaik kamu. Buat apa lagi aku harus pergi mencari teman? Aku akan tetap tinggal disini bersamamu.“

Sejak saat itu Jeram tidak lagi mengeluh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar